Alkisah, hiduplah seorang
bocah yang karena kesaktiannya di kutuk seorang penyihir jahat. Akibatnya,
bocah itu memiliki luka di sekujur tubuh dengan bau yang sangat tajam. Luka itu
tak pernah mau kering. Jika mulai kering, selalu saja muncul luka-luka baru,
disebabkan memar.
Akhirnya, tak ada seorang
pun yang mau bersahabat dengannya. Jangankan berdekatan, bertegur sapa pun
mereka enggan. Setiap berpapasan mereka pasti melengos. Tak ingin
bersinggungan, karena takut tertular.
Bocah ini pun mulai
berkelana dari satu tempat ke tempat lain untuk menemukan seseorang yang mampu
menyembuhkan penyakitnya. Hingga kemudian dalam mimpinya, ia bertemu seorang
wanita tua yang baik hati. Kelak dialah yang sanggup melepaskan mantera jahat
tersebut sehingga ia bisa pulih seperti semula.
Akhirnya, tak dinyana tak di
duga, dia pun tiba di sebuah kampung yang kebanyakan orang-orangnya sangat
sombong. Tak banyak orang miskin di tempat itu. Kalaupun ada, pasti akan di
usir atau dibuat tidak nyaman dengan berbagai cara.
Kemunafikan orang-orang kampung ini mengusik
nurani bocah kecil tadi, yang belakangan diketahui bernama Baru Klinting. Dalam
sebuah pesta yang meriah, bocah tersebut berhasil menyellinap masuk. Namun apa
ayal, ia pun harus rela di usir paksa karena ketahuan.
Saat tengah di seret, ia
berpesan agar sudi kiranya mereka memperhatikan orang-orang tak mampu, karena
mereka juga manusia. Sama seperti mereka. Di perlakukan begitu ia tak begitu
ambil pusing. Namun amarah mulai memuncak, saat puluhan orang mulai mencibir
sembari meludahi dirinya. “dasar anak setan, anak buruk rupa”, begitu maki
mereka.
Tak terima dengan perlakuan
itu, ia pun langsung menancapkan sebatang lidi yang kebetulan ada di sana. Lalu
dengan wajah berang ia pun bersumpah, bahwa tak ada seorang pun yang sanggup
mengangkat lidi ini, kecuali dirinya.
Tak percaya dengan omongan sang bocah,
masing-masing orang mulai mencoba mencabut lidi tersebut. Namun, lagi-lagi,
lidi itu tak bergeming dari tempatnya. Hingga akhirnya orang-orang mulai takut
dengan omongan si bocah. “Jangan-jangan akan ada apa-apa?” pikir mereka.
Benar saja, dalam beberapa
hari, tak ada seorang pun yang sanggup melepas lidi tersebut. Hingga akhirnya,
secara diam-diam ia kembali lagi ke tempat itu dan mencabutnya. Seorang warga
yang kebetuan lewat melihat aksinya, langsung terperangah. Ia pun menceritakan
kisah itu kepada orang-orang yang lain. Tak lama kemudian, tetesan air pun
keluar dari lubang tadi. Makin lama makin banyak, hingga akhirnya
menenggelamkan kampung tersebut dan membuatnya menjadi telaga.
Konon tak banyak orang yang selamat, selain
warga yang melihat kejadian dan seorang janda tua yang berbaik hati memberinya
tumpangan. Janda ini pula yang merawatnya, hingga secara ajaib, penyakit
tersebut berangsur-angsur hilang.
Namun penyihir jahat, tetap tak terima,
hingga di suatu ketika, Baru Klinting kembali di kutuk. Namun aneh, kali ini
kutukan bukan berupa penyakit, tapi malah merubah tubuhnya menjadi ular yang
sangat besar dengan kalung yang berdentang pada lehernya.
Versi lain menyebutkan, ular
ini sering keluar dari sarangnya tepat pukul 00.00 WIB. Setiap ia bergerak,
dentingan kalung di lehernya selalu berbunyi; klentang klenting. Akhirnya,
bunyi ini pula yang membuatnya di kenal sebagai Baru Klinting.
Konon, nelayan yang sedang kesusahan karena
tidak mendapat ikan, pasti akan beruntung jika Baru Klinting lewat tak jauh
dari tempatnya. Itu yang membuat legenda kehadirannya telah menjadi semacam
berkat yang paling di tunggu-tunggu.
Amanat : Manusia di cptakan bukan untuk
saling menyakiti.
Nilai” : moral, karena cerita tsb mengandung
sifat” manusia.
No comments:
Post a Comment