Novel ini diceritakan seorang anak dari
seorang pengusaha sukses, anak itu bernama Melati. Bocah berusia 6 tahun yang mengalami kebutaan
dan tuli sejak dia berusia 3 tahun. Selama 3 tahun ini dunia melati gelap. Dia
tidak memiliki akses untuk bisa mengenal dunia dan seisinya. Melati tidak
pernah mendapatkan cara untuk mengenal apa yang ingin dikenalnya. Rasa ingin
tahu yang dipendam bertahun tahun itu akhirnya memuncak, menjadikan Melati
menjadi frustasi dan sulit dikendalikan. Melati hanya bisa mengucap Baa dan
Maa. Orang tuanya (keluarga HK) berusaha berbagai macam cara untuk menyembuhkan
Melati. Bahkan rela mengundang tim dokter ahli dari berbagai wilayah demi
kesembuhan putri semata wayangnya. Sampai suatu ketika Tuhan memberi petunjuk
demi kesembuhan Melati melalui seorang pemuda pemabuk. Kinasih dokter muda yang
masih kerabat dengan keluarga HK yang berberi saran untuk mengundang pemuda
itu.
Pemuda
itu bernama Karang, pemuda yatim piatu dan mempunyai kehidupan yang
“kurang beruntung seja kecil”. Tetapi Karang mempunyai tekad yang amat kuat
untuk menjadikan kehidupannya sendiri lebih baik. Sampai akhirnya Ia bersama
teman-temannya mendirikan belasan taman bacaan, memberikan dongeng-dongeng
ringan tapi sarat makna kepada anak-anak tersebut, hingga ada seorang anak
bernama Qintan (6 tahun) yang dari lahir lumpuh-layu, akhirnya bisa berlari,
hanya karena mendengarkan cerita Karang yang memotivasi.
Namun
itu hanya masalalu, ia kini seorang pemabuk yang terbelenggu perasaan bersalah
setelah kematian 18 anak didiknya dalam kecelakaan kapal. Perasaan
bersalahnya hampir setiap hari menghantuinya selama 3 tahun terakhir. Dia
bahkan seakan memiliki gairah hidup. Hanyalah sosok Ibu gendut yang selalu
mendoakannya, menyemangatinya dan selalu menemaninya dalam kesendiriannya.
Hingga akhirnya Nyonya HK (Bunda Melati)
memohon agar dirinya mau membantu mengajari melati. Sempat terjadi penolakan
dari dirinya karena trauma kejadian 3 tahun lalu. Hinga akhinya ia memutuskan
untuk menerima permintaan keluarga HK. Dorongan dari Ibu gendut dan sifat
kemanusiannya itulah yang menjadikan ia mau menerima tawaran tersebut.
Sempat terjadi
penolakan dari Tuan HK terhadap Karang, karena melihat penampilan pemuda
tersebut. Terlebih ketika ia mengajari Melati dengan kasar. Wajar saja Tuan HK
menolak! Orang tua mana yang tega melihat anaknya yang di bentang oleh orang
lain, apa lagi setelah Tuan HK tahu bahwa pemuda itu seorang pemabuk. Ia marah
besar dan bertekat mengusir Karang. Namun karang bersih kukuh karena ia merasa
sudah terikat perjanjian untuk mendidik Melati.
Sampai suatu ketika keajaiban terjadi, harapan
dan mimpi Bunda berangsur menjadi nyata. Melati sudah bisa makan menggunakan
sendok-garpu. Semua itu tidak terlepas dari peranan Karang yang selalu
mengajari Melati. Hingga akhirnya dunia Melati tidak lagi gelap. Dia mulai bisa
mengenali benda disekelilingnya, kursi, sendok, pohon dan orang-orang
terdekatnya. Perubahan itu tidak berhenti sampai disitu saja. Melati mulai bisa
berkomunikasi dengan orang lain meski dengan bahasa yang tak lazim seperti
orang pada umumnya.
Disisilain
Karang seakan mendapat berkah lebih dari Tuhan. Ia dipertemukan kembali dengan
gadis yang pernah dulu mencintainya dirumah keluarga HK. Sampai pada akhir
cerita, keluarga HK mengajak Karang untuk menyaksikan pesta kembang api
ditengah kota. Namun tak pernah disangka oleh Karang, kalau sebelum ke kota mereka
akan malam bersama dengan keluarga dokter Ryan (orang tua Kinasih). Karang
sedikit salah tingkah karena grogi. Usai makan malam, kedua keluarga
melanjutkan menuju kota untuk melihat kembang api.
Terlihat
kegembiraan diwajah semuanya, terlebih keluarga HK. Karena sudah 3 tahun ini
mereka tidak pernah merayakan pesta kembang api karena Melati sakit. Melati
yang tak dapat melihat dan mendengar, di pandu oleh Karang dan Bunda untuk
memvisualisasikan keadaan sekitar. Seperti apa kembang api? Bagaimana bentuknya?
Seperti apa bunyinya? Seakan semua telah terlihat dalam pikirannya.
Kisah ini
diakhiri dengan pamitnya Karang dari rumah keluarga HK. Mesti terlihat
kesedihan dari Melati, karena akan ditinggal gurunya yang selalu membimbing dan
mendongeng untuknya. Untuk menghilangkan kekesalan melati melepas ayam kate
dengan Mang Jeje. Ucapan terimakasih dan doa Melati mengiringi kepergian
Karang. Keluarga HK juga terima kasih kepada pemuda mantan pemabuk itu. Berkat
jasanya, setidaknya anak semata wayangnya dapat mengenal dunia.
No comments:
Post a Comment