Kesesuaian Makna
Semiotis antara Gambar Ilustrasi dengan Ikon, Indeks dan Simbol dalam Cerpen.
Diantara cerpen-cerpen terbitan suara merdeka terdapat
banyak gambar ilustrasi. Menyesuaikan
isi cerita (teks) denganmakna gambar ilustrasi melalui aspek semiotik dengan memanfaatkan tanda untuk mengidentifikasi.
Dalam
pengkajian ini menggabungkan antara kajian permasalahan ke-satu dengan
permasalahan ke-dua, apakah dapat menghasilkan sebuah kajian yang koheren
antara gambar ilustrasi dengan isi cerita.
4.3.1 Mito Si Pelawak
Adanya kesesuaian makna simbolis antara gambar
Ilustrasi dengan isi cerita mito si
pelawak, dapat ditujukan gambar topeng, merupakan sebuah simbol menirukan
lakon orang lain (Daryadi) dan kemiripan wajahnya dengan Daryadi.
Terdapat penggalan kalimat yang menjelaskan
bahwa: mirip wajahnya bukan berarti
pintar melawak, seperti penggalan kalimat dibawah ini:
…Mito memiliki wajah yang selalu
mengingatkanku pada pelawak favoritku: Idur [2]. Pelawak dengan nama asli
Daryadi itu sudah meninggal di pertengahan tahun 1990-an. Sumpah. Wajah
keduanya benar-benar mirip. Dan tampaknya Mito pun menyadari betul kemiripan
wajahnya. Tak berbilang ia mengusulkan dirinya menjadi pelawak dalam ketoprak
kampung kami. Mirip wajahnya bukan berarti mirip otaknya. Begitulah kata
orang-orang…
Ikon Mito menunjukan sesuatu hal yang berbeda dengan maksut
berjuang,bertempur untuk keinginan dan tujuan digambarkan dengan kumis Hitller.
(Gambar 15 Mito)
Pakaian panjahat (Rampok) yang dikenakan Mito
mengartikan bahwa lakon yang akan ditampilkan dalam pagelaran agustusan akan
bercerita perampokan. Tetapi dalam teks cerpen menceritakan tentang warga yang
merampok keinginan Mito untuk mengisi acara pagelaran.
Hasil dari perjuangan Mito untuk bisa melawak
dan diapresiasi penonton ditunjukan dengan gambar Bulu, suatu bentuk kegelian, kelucuan sehingga semua penonton dapat
tertawa setelah melihat pertunjukannya.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa antara gambar
ilustrasi dengan teks cerpen
terdapat relasi simbolis. Hubungan kemaknaan (relasi simbolis) tersebut dapat
ditunjukkan oleh keterikatan dan keterkaitan simbol-simbol yang muncul di
antara keduanya (baik gambar maupun teks cerpen). Relasi simbolis tersebut sekaligus dapat menunjukkan
fungsi gambar ilustrasi di dalam teks cerpen melalui keterikatan dan
keterkaitan keduanya yang kemudian dapat diketahui makna cerpen dari
keterikatan dan keterkaitan di antara keduanya juga.
4.3.2 Awang Uwung
Adanya kesesuaian makna simbolis antara gambar ilustrasi dengan teks
cerpen dapat ditunjukan pelepasan roh melalui ujung kepala, hal ini dijelaskan
melalui teks cerpen
…Getaran itu pelan-pelan menjalar ke atas,
menyebabkan seluruh tubuhku makin gemetaran dan menggigil. Aku merasa darahku
berubah-ubah panas-dingin, membuat tubuh bergetar dan tidak lagi bisa aku
kendalikan…
Mengartikan bahwa
seseorang sedang mengalami Sakkarottul
maut, wajah roh yang menyengir
juga mengartikan rasa sakit ketika kejadian ini berlangsung seperti penggalan
kalimat
…Sangat menakutkan!. Baru kali ini aku merasakan
ketakutan yang teramat sangat. Ketakutan yang selama ini aku kira sebagai
ketakutan ternyata tidak ada artinya sama sekali dibandingkan dengan
ketakutanku kali ini…
Ketakutan ini meliputi beberapa hal, belum siap menghadap Tuhan YME,
takut meninggalkan kewajiban yang masih dibebankan kepada manusia,
…Gusti Allah, janganlah Engkau ambil
nyawaku sekarang, karena masih banyak kewajiban dan tanggung jawab di dunia
yang harus aku selesaikan. Aku masih punya anak-istri, aku masih harus
menyelesaikan banyak pekerjaan di kantor.
(Gambar 16 Kepala Budha dan Orang)
Hal yang membedakan gambar ilustrasi ini hanya bentuk kepala gambar
ilustrasi adalah kepala buddha (Agama Buddha), sedangkan dalam teks cerpen
tertuju Agama Islam …Gusti Allah…,akan tetapi perbedaan ini tidak
mempengaruhi hubungan keduanya dan juga secara tersirat sebuah tanda Negara
Indonesia yang merupakan Negara Religius.
Dari uraian di atas
dapat dilihat bahwa antara gambar ilustrasi dengan teks cerpen terdapat relasi simbolis.
Hubungan kemaknaan (relasi simbolis) tersebut dapat ditunjukkan oleh
keterikatan dan keterkaitan simbol-simbol yang muncul di antara keduanya (baik
gambar maupun teks cerpen).
4.3.3 Anak Iblis
Tanda simbolis antara gambar ilustrasi
dengan teks cerpen dapat ditujukan
dengan gambar seorang anak kecil yang mempunyai bayangan srigala, srigala
merupakan simbol setan yang keluar pada malam hari, bentuk bayangan yang
berbeda seperti pada umumnya juga sama dengan bentuk tubuhnya dalam teks cerpen
seperti penggalan kalimat
…Itu bukan darah,” ujarnya seakan bisa
membaca pikiranku. “Dan jangan kaucoba untuk menyentuh! Tubuhnya… tubuhnya
begitu panas...
Srigala merupakan hewan mamalia yang ganas dan liar, keliaran juga
terlihat didalam teks cerpen ketika menyelakai teman dan warga kampong seperti
penggalan kalimat sebagai berikut:
…Ame-mu tiba-tiba
ditemukan jatuh ke dalam sumur kampung. Saat itu adalah hari ketika engkau akan
lahir, dan ia baru saja pergi ke sumur untuk mengambil air bersih untukmu.
Entah apa yang kemudian membuatnya memarahi Bakar di sana, namun engkau tahu
apa yang kemudian terjadi? Di depan mata beberapa orang kampung ini, tiba-tiba
saja tubuhnya terjengkang ke dalam sumur, seakan-akan ada orang yang mendorong
tubuhnya dari depan…!.
Selain itu gambar ilustrasi juga hendak menyampaikan pesan moral tentang hubungan diluar nika nikah yang
mengakibatkan hamil sehingga pasangan tersebut membuang anak kecil tanpa dosa,
hal ini juga terdapat dalam teks cerpen,…Ia… bayi iblis. Ketika diidentifikasi dengan jaman sekarang
bukan anak iblis tetapi anak haram, yang dianggap rendah dan hina dimata
masyarakat.
(Gambar 17 Bakar dan Bayangan Srigala)
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa
antara gambar ilustrasi dengan teks cerpen terdapat relasi simbolis. Hubungan kemaknaan (relasi
simbolis) tersebut dapat ditunjukkan oleh keterikatan dan keterkaitan
simbol-simbol yang muncul di antara keduanya (baik gambar maupun teks cerpen).
No comments:
Post a Comment