Judul cerpen : Selamat Ulang Tahun
Pengarang : Olga
Sumber :
Majalah Remaja Aneka Yes!
No. 10, 6-19
Mei 2003
Sinopsis
Melva kecewa ketika mendapati orang tuanya telah
berangkat bekerja tanpa mengucapkan selamat ulang tahun secara langsung. Ucapan
mereka hanya melalui surat
dan kado-kado yang mereka letakkan di atas meja. Untung Melva bukan gadismanja.
Sedih itu memang ada, tetapi ia tak mau terlarut terlalu lama.
Sementara itu tiga pembantunya sudah menyiapkan kejutan
berupa nasi kuning untuk merayakan ulang tahunnya. Jadilah Melva merayakan
ulang tahunnya yang ketujuh belas di ruang makan bersama Bik Iyem, Sumi, dan
Mang Ujang.
Meskipun demikian, Melva masih saja terlihat sedih. Hal
ini diketahuioleh pembantunya. Maka saat Melva pergi bersama teman-temannya
ketiga pembantunya menyiapkan surprise lagi dengan mengundang anak-anak dari
pantia asuhan. Setelah setibanya di rumah Melva dikejutkan dengan surprise
tersebut.
Betapa
bahagianya dia dapat merayakan ulang tahunnya dengan anak-anak yang jauh kurang
kasih sayang dan perhatian daripada dirinya. Karena dengan begitu, ia bisa
saling berbagi kegembiraan dengan makan, minum dan suasana mewah yang tidak
mereka dapatkan di panti asuhan.
- Tema dan Amanat
Tampaknya pengarang mengangkat tema cinta dan kasih sayang. Bukan cinta
dan kasih sayang pada orang terkasih atau pacar, tetapi lebih pada sesama
[teman-teman, orang terdekat yang sering membantu kita dan anak-anak yang
memerlukan perhatian lebih yang selama ini tersingkirkan karena satu atau
beberapa alasan seperti anak-anak yang tinggal di panti asuhan].
Pengarang mengek-expose kelas atas yang gaya hidupnya mewah karena ternyata di
lapisan ekonomi kelas atas seperti yang dialami Melva kasih sayang orang tua
terhadap anaknya sangat kurang. Ada
batasan-batasan yang membuat jarak di antara orang tua dan anak ini sangat
kentara terutama masalah profesi atau kerjaan mereka.
Tidak banyak anak-anak yang demikian bisa berfikir positif seperti Melva
[dalam renungannya], karena ternyata kebanyakan dari mereka melarikan diri pada
hal-hal yang negatif untuk mengusir kesepian akibat kekurangperhatian orang tua
mereka. Hal negatif tersebut bisa pada tawuran, foya-foya yang tidak jela [main
judi, main perempuan], minuman keras atau pada obat-obatan terlarang.
Zaman terus berkembang. Peradaban semakin menggila disertai informasi dan
teknologi yang terus mencanggih dan mudah diakses/didapatkan. Generasi muda
semakin variatif dalam hal menyalurkan keinginan dan pemikirannya. Moral yang
semakin baru pun tercipta [generasi baru akan berpaling pada moral yang baru
pula].
- Tokoh-Penokohan
a.
Melva, sebagai tokoh utama. Digambarkan sebagai gadis dari
keluarga kaya raya yang kurang perhatian, tetapi juga memiliki hati yang
pemurah yang suka membagi kebahagiaannya dengan orang lain. Hal ini terutama
dapat terlihat pada paragraf 6, 41, 45,
50, 56, 61, 64, dan 68-69.
b.
Bik Iyem, Sumi, dan Mang Ujang; sebagai pembantu Melva dan
orang tuanya. Digambarkan sebagai sosok orang-orang yang setia mengabdi pada
majikannya, peduli atau care sama Melva dengan memberikan surprise nasi kuning
dan perayaan dengan anak-anak panti asuhan. Hal ini dapat terlihat terutama
pada paragraf 7-11, 18, 34-45 dan 67].
NB: Sebagai catatan, di dalam cerita ini sebenarnya tidak
ada peran atau tokoh antagonis. Karena tidak adanya konflik/permusuhan antar
tokoh. Konflik muncul dari batin tokoh utama [Melva] yang jengkel dan sedih
sebab kedua orang tuanya tidak berada di rumah di saat hari ulang tahunnya yang
ke tujuh belas.
- Alur-Pengaluran
Pengarang menggunakan alur maju yang memberi kesan pengaluran dalam
cerita bergerak dari satu titik yang kemudian maju terus secara runut hingga
berakhir pada suatu titik lagi yang berlainan. Hal ini ditandai dengan
penuturan yang runut dari A sampai Z. Peristiwa dilukiskan atau diceritakan
tanpa ada gelombang atau likuan peristiwa yang berarti, klimaks pun tidak
begitu terlihat, sebab konflik terjadi pada batin tokoh utama [Melva] yang
tidak begitu parah.
Cerita dimulai dari bangunnya Melva, ia kecewa karena di hari ulang
tahunnya yang ketujuh belas justru orang tuanya tidak bisa hadir disebabkan
oleh kesibukan masing-masing [terutama
terlihat pada paragraf 1-6]. Kemudian pesta tersebut dirayakan oleh para
pembantu, teman-teman dan anak-anak panti asuhan [terutama terlihat pada paragraf [ 7-12, 21, 40, dan 45]. Akhir
cerita ditutup dengan renungan malam Melva [terutama
terlihat pada paragraf 75]. Itu saja. Singkat dan terkesan atau terasa
biasa saja.
- Setting
Pengarang kebanyakan menggunakan latar atau setting rumah yang
divariasikan seperti kamar tidur Melva, ruang makan/meja makan, dan ruang tamu,
serta teras depan dan belakang rumah [terlihat
pada paragraf 1, 8, 20, 30, 35, dan 45].
Pengarang juga memanfaatkan setting atau latar sosial dan waktu. Latar
sosial cerita yang digunakan pengarang adalah sosial masyarakat kelas atas yang
ditandai dengan kesibukan orang tua terhadap profesinya sehingga anak menjadi
merasa kurang diperhatikan. Perhatian orang tua bertumpu atau berkisar pada
pemenuhan kebutuhan materi tetapi kebanyakan mengabaikan kebutuhan kasih sayang
seorang anak.
Latar waktu yang digunakan pengarang bervariasi, yaitu pagi, siang, sore,
dan malam. Hal ini dapat dilihat dalam petikan berikut:
1.
Pagi : waktu
Melva baru bangun tidur, terutama terlihat pada paragraf 1 dan 2.
2.
Siang : waktu
Melva pergi dengan teman-temannya, terlihat pada paragraf 21.
3.
Sore atau petang : waktu
Melva pulang dari jalan-jalan bersama dengan temannya, terlihat pada paragraf 30.
4.
Malam : waktu
Melva merayakan pesta ulang tahunnya bersama dengan anak-anak panti asuhan, dan
saat Melva merenung usai perayaan pesta ulang tahunnya tersebut, terutama terlihat
pada paragraf 65 dan 75.
- Gaya Cerita
Pengarang menggunakan gaya
penceritaan yang sederhana. Hal ini ditunjukkan dari gaya bahasa atau pilihan kata-kata yang merupakan
kata-kata dalam percakapan sehari-hari. Pembaca seperti tidak usah memerlukan
pemikiran yang mendalam dalam memaknai kata-kata tersebut.
Meskipun terdapat Bahasa Inggris yang merupakan bahasa asing yang
mempunyai fungsi tidak lebih ‘meremajakan’ [membuat remaja ceritanya atau
memberi kesan remaja], kata-kata dalam Bahasa Inggris tersebut tidak sulit
dipahami sebab terlalu biasa digunakan dalam cerita-cerita remaja sejenis dan
memang terasa akrab di telinga remaja dalam kehidupan sehari-harinya.
Pengarang tidak menggunakan bahasa-bahasa ilmiah yang membutuhkan kamus
untuk dapat memahami kandungan maknanya [istilah ilmiah dalam bidang
kedokterann yang memungkinkan pembaca membuka kamus kedokteran atau istilah
bidang psikologi yang tidak menutup kemungkinan pembaca membuka buku-buku
psikologi dan sebagainya], tidak menggunakan bahasa baku yang terkesan resmi
dan kaku, juga tidak menggunakan bahasa puitis yang rumit serta tidak
menggunakan bahasa-bahasa yang jarang digunakan [bahasa Jawa Kuna atau bahasa
Sansekerta misalnya].
Hal ini dapat diketahui hampir pada setiap paragraf terutama pada kata-kata
dalam paragraf :2 [sweet seventeen], 5
[happy birth day dan talk show], 6 [talk show], 21 [funky], 24 [fitness], dan
39 [surprise].
- Sudut Pandang
Pengarang menggunakan sudut pandang orang III (ketiga), yaitu adanya ciri
khas “ke-dia-an” dalam menyebutkan tokohnya [terutama tokoh utama]. Dalam
cerpen selamat Ulang Tahun ini
pengarang menggunakan nama Melva untuk menunjukkan ‘ke-dia-an’ atau
merupakan kata lain penyebutan ‘dia’ [dia diganti dengan nama orang; Melva].
Inilah yang membedakan dengan sudut pandang orang pertama yang berciri khas
“ke-aku-an” dalam menyebut nama tokohnya. Dalam cerpen ini disebutkan Melva
[dia], bukan ‘aku’.
Dalam cerita tersebut pengarang tidak terlibat dalam atau tidak hadir
dalam isi cerita. Akan tetapi pengarang mengetahui semua seluk-beluk dan apa
saja yang terjadi terhadap tokoh-tokoh di dalam cerita [sesuatu yang telah,
sedang, dan akan terjadi pada tokoh-tokoh cerita termasuk alur dan setting
ceritanya yang menyangkut kehidupan/posisi tokoh tersebut sekaligus].
No comments:
Post a Comment