About

Drama Topeng Kayu



Dalam drama TOPENG KAYU rising action dimulai ketika Juru kunci menghilang. Keadaan ini mulai membuat tokoh lain; Para Pelancong gelisah. Mereka memikirkan kemana juru kunci itu pergi. Kemudian mereka mereka-reka dimanakah juru kunci itu.
Para pelancong :
Dimana? Di sini. Bukan. Di sana? Tidak. Lalu dimana? Di mana-mana berada di mana-mana. Tidak dimana-mana. Berada dimana-mana. Tidak berda dimana-mana. Sama saja. Sekedar istilah. Untuk menunjukan rahasia. Nah, ternyata kita sudah mulai! (Tukang Kayu,)

Ungkapan Para Pelancong ini mengindikasikan timbulnya persoalan. Mereka yang haus akan hiburan demi kebahagiaan, mulai bingung dengan hakekat kebahagiaan yang mereka idamkan. Apakah kebahagiaan terdapat dalam benda-benda materi duniawi, atau terdapat dalam diri mereka sendiri? Persoalan inilah yang kemudian menjadi bahasan utama dari seluruh pembicaraan dalam drama ini.

Persoalan yang ada dalam drama ini mulai menanjak juga ditandai dengan kehadiran tokoh Pelacur. Dengan kehadiran tokoh ini persoalan semakin meruncing. Persoalan tidak mudah ditemukan atau dipecahkan. Masing-masing tokoh memiliki gagasan yang berbeda mengenai makna kebahagiaan yang sesungguhnya.



3). Climax (Turning Point)
Pada saat ini konflik sudah memuncak dan harus diselesaikan oleh tokoh utama. Saat ini juga yang menentukan kualitas tokoh antagonis menjadi semakin baik atau semakin buruk. Jika cerita berupa komedi persoalan akan semakin buruk, kemudian persoalan semakin membaik untuk menghibur. Tetapi pada cerita yang berbentuk tragedi akhir cerita akan mengalahkan tokoh protagonis.

Klimak atau puncak dari persoalan dalam drama ini adalah ketika masing-masing tokoh memperdebatkan hakekat kebahagiaan. Masing-masing tokoh memiliki pandangan yang berbeda mengenai tujuan hidup mereka. Tokoh Orang tua misalnya menyatakan bahwa ;

Laki-Laki Tua:
Lho saya datang bukan untuk berhibur. Tetapi mencari kebijaksanaan. Orang-orang tua yang segera dikubur tidak lagi suka hiburan. Yang diperlukan ialah kesempuranaan. Hidup itu hanya sebentar. Sedangkan mati itu abadi. Yang penting ialah kesempurnaan mati. Apakah mati yang sempurna itu? ketahuilah, Nona. Ada tiga macam kematian. Ialah yang konyol, yang sedang-sedang saja, dan yang tinggi mutunya. (Topeng Kayu, 35)

Ungkapan tersebut umumnya mewakili kaum tua yang pada umumnya sudah menyadari hakekat kehidupan yang sesungguhnya. Hal itu dikarenakan pengalaman hidup telah menempa mereka menjadi makhluk yang berpengalaman dan dengan pengalaman itu menjadi bijaksana. Namun demikian apa yang seharusnya itu, tidak demikian yang ada dalam cerita drama ini. Orang tua tersebut hanya sementara saja berpikiran bijaksana. Meskipun sudah berpengalaman dan sudah menyadari hakekat kehidupannya, ia bisa saja melakukan tindakan yang melanggar norma-norma untuk mendapat kebahagiaan duniawi. Tokoh ini juga memberi pemahaman bahwa sekuat apapun keimanan seseorang akan sangat sulit menghindari pengaruh-pengaruh jahat yang ada di sekelilingnya. Hal itu disebabkan oleh beratnya godaan nafsu yang menghantui jiwa-jiwa manusia.

Setelah mengatakan kebijaksanaan tersebut di atas, laki-laki tua ini berubah pikiran setelah menyadari siapa yang diajak bicara.
Laki-Laki Tua:
O! Jadi Nonalah dia! Wah tidak tahu saya! Kaau begitu kita bicara yang lain. Kukira siapa tadi! Udaranya bagus, ya? Tempat ini nyaman. Memabukkan! Mengasyikkan! Siapa sajja yang jantan suka tempat ini! (Topeng Kayu, 36)

Kata-kata orang Tua ini menunjukan betapa munafiknya ia. Setelah mengetahui bahwa lawan bicaranya adalah seorang pelacur maka kata-kata Laki-laki tua itu pun berubah total. Seolah kata-kata bijaknya sudah hilang.

Runtuhnya kebijaksanaan dan kebahagiaan dapat disebabkan oleh perempuan. Oleh karena itu dalam drama ini disebutkan bahwa seberapapun kuat iman seorang laki-laki, maka akan runtuh dengan gudaan perempuan.
Pelacur:
Kebenaran lenyap ketika laki-laki tidur di samping perempuan. Lenyap menyelinap malu di bawah rumputan. Menggeletak dan kering oleh matahari. (Topeng Kayu, 37).

4). Falling Action
Pada tahap ini konflik antara antagonis dan protagonis sudah mereda entah antagonis maupun protagonis yang menjadi pemenang sudah ada gambaran yang jelas. Pada saat ini semua tokoh menjadi menyadari akan semua persoalan, sehingga persoalanya sudah bisa dipecahkan meskipun belum seutuhnya selesai.

Dalam cerita Topeng Kayu, keadaan mereda setelah para pelancong dan Pelacur menyadari tujuan hidupnya. Mereka sadar bahwa hakekat kebahagiaan pada dasarnya terdapat dalam diri mereka sendiri. Jiwa atau pikiran merekalah yang menjadikan mereka bahagia atau tidak bahagia.

Mereka menyadari bahwa selama ini jiwanya telah bertumpu pada hal-hal yang salah. Mereka selama ini lebih mengejar materi duniawi untuk memenuhi hasrat duniawi mereka.

5). Denouement or Catastrophe or Resolution
Pada cerita yang berupa komedi akan diakhiri dengan kesimpulan dimana protagonistis menjadi lebih baik. Sementara pada cerita yang berbentuk tragedi, akan diakhiri dengan dengan sebuah bencana yang akan menimpa tokoh utama dengan demikian tokoh utama menjadi semakin buruk kondisinya.

Dalam drama ini tidak terdapat kesimpulan. Karena drama ini diakhiri dengan sebuah kesadaran masing-masing tokoh atas kesalahan orientasi hidup mereka selama ini. Tidak ada yang kalah atau menang dalam cerita ini. Karena solusi yang diterima masing-masing tokoh merupakan kesadaran pribadi setelah menempuh perjalanan hidup yang melelahkan. Dengan begitu tahap Denouement tidak terdapat dalam drama ini.

Lima tahapan tersebut merupakan hasil analisis dari Freytag. Namun untuk drama-drama yang moderen sudah banyak mengalami perubahan, karena model tersebut dianggap membosankan penonton jika dalam pementasan menggunakan model tersebut. Oleh karena itu dalam bentuk yang lain, plot dama dapat juga dirumuskan menjadi tiga bagian yaitu; benginning (permulaan), pertengahan dan akhir. Bagian awal merupakan pengenalan tokoh, sedangkan pada bagian pertengahan merupakan inti cerita. Setelah itu diikuti dengan terselesaikannya persoalan atau konflik cerita tersebut.
Drama TOPENG KAYU merupakan drama yang menggunakan plot sederhana. Ceritanya dimulai dengan pengenalan tokoh sekaligus tema yang menjadi persoalan utamanya. Kemudian setelah tokoh-tokohnya berperanserta dalam dialog tersebut. Persoalan kemudian meruncing dengan perbedaan selisih tajam mengenai makna dari tujuan hidup mereka.

b. TOKOH
Drama dibangun dari tokoh-tokoh yang saling berkaitan. Peranan tokoh disini sangat ditentukan oleh tema cerita yang dibangun dalam karya ini. Namun pada dasarnya drama dibangun dari konflik tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita tersebut. Untuk itu dapat dikatakan bahwa dalam drama berisi dialog antar tokoh yang saling berhubungan dalam kontek konflik mengenai suatu persoalan yang menjadi tema cerita tersebut. Bagaimana pun bentuk drama harus berisi pelaku yang menggambarkan tokoh-tokoh yang diperankan. Oleh karena itu pementasan drama hendaknya meniru seperti yang sesungguhnya, baik dari segi kostum, sifat dan watak yang diperankan. Dengan demikian baru akan didapatkan sebuah drama yang dramatis (Dietrich, 1953: 25).
Penokohan erat hubungannya dengan perwatakan. Susunan tokoh adalah daftar tokoh-tokoh yang berperan dalam drama itu. Dalam susunan tokoh yang perlu dijelaskan adalah nama, umur, jenis kelamin, tipe fisik, jabatan dan keadaan kejiwaannya (Waluyo, 2001). Watak tokoh akan terlihat dengan jelas dalam dialog dan catatan samping. Dalam drama Topeng Kayu gambaran tokoh juga dapat dilihat dari nama-mana yang digunakan dalam cerita ini. Tokoh Pelacur misalnya, sudah dapat dipahami sifat dan karakteristik tokoh ini. Ia adalah seseorang yang melakukan suatu tindakan kotor sekedar untuk mendapaTopeng Kayuan imbalan berupa materi. Nama-nama yang digunakan merupakan sebutan profesi mereka. Hal ini mengindikasikan adanya makna di balik semua nama itu.
Tokoh-tokoh yang terdapat dalam drama Topeng Kayu adalah; Juru Kunci, Para Pelancong, Laki-laki Tua, Pelacur, Pedagang, Topeng Kayu, dan Topeng-Topeng. Dari ketuju tokoh yang terdapat dalam drama ini ada tokoh utama atau sentralnya. Tokoh sentralnya dalam drama ini adalah Juru Kunci. Ia merupakan tokoh yang menjadi teka-teki bagi tokoh-tokoh yang lain. Keberadaannya sangat penting bagi Laki-laki Orang Tua dan Para Pelancong. Karena petuah atau nasehat yang diberikan dapat menentramkan hati mereka.
Dalam drama TOPENG KAYU tidak semua tokoh diperkenalkan dengan rinci. Hal ini dikarenakan keberadaan tokoh-tokoh lain sudah jelas kedudukannya yang dapat dilihat dari nama-nama yang dipergunakan. Jadi nama sebagai sebutan masing-masing tokoh sudah secara jelas menggambarkan siapa mereka sesungguhnya.

No comments:

Post a Comment