About

Cerpen Aku dan Kamu



Matahari selalu terbit dari timur, akan tetapi ratapan aku untuk masa depanku tidak seindah dan terang seperti halnya ketika matahari menunjukkan fatamorgana pada pagi hari, duduk dan termenung ketika surya sudah bosan melihat aku dengan wajah yang tampak begitu membosankan. Pada hari minggu, aku hanya seperti biasa yang kerjaannya tidur, namaku tiok sebutan dari tetangganya karena menganggap bahwa aku titisan ngorok, akupun tersipu marah. Emangnya aku hanya dilahirkan untuk tidur saja Tidak tau kenapa, padahal aku juga seorang pelajar karena aku masih duduk di kelas tiga SMA.
            Aku bangunkan diriku saat rebahan tubuhku bisa merasakan begitu nikmatnya ketika punggungku tertekuk kebelakang, yang jadi anehnya mae juga memanggil demikian, anehkan!. Tiok-tiok bangun dah hampir sore, eh matahari juga belum bosan menampakkan ke bumi, mae bilang dah sore. Walupun celoteh-celoteh mae aku bisa terima dengan senyumanku, yang bisa dikatakan manis, ehm. Tidak tau kenapa, aku pun merasa bingung pada diriku sendiri, cinta, oya cinta, karena aku tidak menduga karena aku bisa merasakan kasih sayang yang kedua.
            Dulu aku menaruhkan semua harapan kepadanya, aku mencintainya karena pertama ini bisa merasakan yang sebenarnya sebuah kasih sayang. Tiap malam aku bisa ketemu dengannya,  rasa kangenku selalu hadir ketika melihat senyumnya yang begitu manis dengan hiasan gigi gingsul dan body yang semampai.
            Tiok sarapan, wah simakku memanggilku untuk lekas makan pagi, ini yang kutunggu bangun tidur lalu makan tanpa melakukan pegangan kedalam kamar mandi dan dilekatkan pada secuil odol untuk membuang bau mulut yang begitu sangat mengganggu, akupun tak menghiraukan. Bumi ini bisa merasakan kebosanan apabila sekelilingnya tidak bisa menjaga atau memperbaharui sesuatu yang sudah tidak layak. Aku tidak tahu kenapa aku yang masih kecil ini harus menyediakan sebuah pertanyaan dan yang lebih parahnya lagi akupun harus mencari jawaban itu sendiri, apakah ini sebuah realita ketika kita masih ada dibumi tercinta ini. Sok puitis karena gimana aku bisa cinta kepada bumi ini apabila untuk diriku sendiri aja aku masih ada tanda tanya?.
            Awan tebal menggumpal tepat dikepalaku, namun tidak bisa mengurungkan niatku untuk menemui pujaan hati dengan kelibahan giginya tersebut. Assalamualaikum, bulsett tuan takur keluar dari belakang pintu rumahnya, keringat dingin langsung keluar, sejenak kubayangkan aku bisa melihat seekor gajah yang berdiri tegak di depan semut kecil hitam yang tidak mempunyai kekuatan sedikitpun, mengelus pundak sambil menekankan kebawah hampir kaki kecil ini masuk ketanah sampai mata kaki. lisa langsaung keluar dari rumah  memegang tanganku yang kecil dengan langkah yang kebirit. Wah akupun mengikuti saja untuk bisa menghindari tuan takur dengan kumis tipis dengan sorotan mata yang begitu mematikan, rasa takutku hampir mulai hilang ketika menoleh kebelekang ternyata aku sudah jauhnya, namun aku terkejut melihat gumpalan tangannya seakan tepat dimukaku, langsung ku ajak lisa untuk berjalan lebih cepat.
            Keheranan dalam diriku belum bisa terungkap juga. Melihat surya tapi ia tidak mau melihat tatapanku yang banyak menumbuhkan sebuah pertanyaan. lisa, panggilan dariku untuk pujaan hatiku, gimana kita bisa pulang barusan aja aku melihat meteor tepat dikepalaku yang begitu sangat mengancam. Rasa takut kini mulai hilang ketika hujan datang menyertai langkahku menuju kandang macam, ketika macannya sudah hampir satu bulan belum mendapatkan mangsa untuk melangsungkan hidupnya. Berjalan satu persatu langkah menuju pintu kegelapan, entah kenapa jantungku seakan merasa mau lepas didepan pintu lisa dan aku kaget ketika pundakku ada yang memegang kedua kalinya, menoleh kebelakang bukanlah meteor yang aku lihat lagi melainkan petir yang siap menyayat tubuhku hingga gosang dan terbelah-belah.
            Perjalanan seorang anak muda mencari sebuah jati dirinya yang masih penuh dengan sebuah jawaban dari sejuta pertanyaan, apa yang kamu bisa buat nantinya juga tidak bisa memberikan sesuatu yang azumi inginkan,anak SMA saja sudah belagu dengan istilah sebuah kasih sayang. Jangankan anda “Mes” yang meragukan dalam diriku ini, aku juga banyak rasa ragu ini harus ku buang kemana saja, lirih dalam hati”. Perjalanan kamu masih panjang, banyak duri di depan yang kau harus lewati dengan kaki telanjang bahkan kamu juga harus berjalan didepan semua orang tanpa busana dan rasa keberanian kamu itu yang harus di utamakan. Ia seorang sarjana pendidikan yang sudah dua tahun ini menganggur sejak kelulusannya dengan gelar S.Pd, berceramah kepadaku tentang sebuah arti pendidikan, ia mengatakan bahwa suatu pendidikan itu sangat penting, kenapa demikian, karena pendidikan itu adalah sebuah alat untuk merubah masa depan yang lebih layak, banyak sekali ia membualkan tentang sebuah arti pendidikan, waktu itu juga tidak ada rasa tertarik aku untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dengan sejuta alasan, kenapa kau masih saja menatap kedepan belum berjalan kearah masa depan, kamu juga masih diselimuti pertanyaan, kapan aku bisa kerja. Aku berfikir bahwa suatu pendidikan itu tidaklah terlalu penting, coba kau lihat saja dirimu sendiri Mes, dia mendorongku kearah belakang, menyolotku, tahu tidak kamu setelah aku mendapat gelar ini aku menyadari bahwa suatu pendidikan itu tidak penting, seandainya aku tidak bersekeloh aku masih menganggap bahwa pendidikan itu penting namun setelah aku lulus aki bisa menyadari sebuah arti pendidikan. Ah, bingung aku bicara dengan kamu.
            Biarkan angin menari diatas kerendahan seseorang yang masih juga mencari suatu jawaban, seperti biasanya aku yang masih duduk di kelas 3 SMA berangkat sesua dengan kewajibanku, menuntun ilmu adalah tugasku, tidur adalah suatu kebiasaanku, hari ini penentuan akhir perjuangan selama tiga tahun, UAN inilah hari yang ditunggu-tunggu semua siswa, banyak yang menganggap hari ini merupakan hari peperangan antara aku dan rumus-rumusmu dengan huruf yang tidak begitu dimengerti, wah aku biasa-biasa saja, kenapa aku bisa bilang seperti itu karena aku bisa lulus, belagu lho, kata andi teman sebangkuku.ya kita lihat saja nanti.
            lisa selalu bilang aiz panggilan cintaku untuk diriku, kamu bisa menjadi orang yang bermanfaat asalkan kamu mau belajar, bukan disekolah saja akan tetapi lingkungan disekitarmu juga harus kamu pahami, disini kau dilahirkan, disini kau berkarya dan juga jangan salah disini pula kau dikebumikan, haa, dengan menarik pipinya yang begitu mengemaskan,ih,,,ih,,,,. Aku merasakan bahwa UAN yang aku hadapi bukanlah sebuah peperangan dimana sang prajuritnya harus bisa membela tanah airnya bahkan melindungi dirinya sendiri agar bisa bertahan melainkan sebuah les privat yang jarang aku mengikutinya, gayamu sok pinter banget , kami saja yang mendapat predikat siswa yang paling pandai juga merasakan berdebar, rasa takut selalu menyelimutiku. Bumi saja tidak takut dengan adanya sebuah bencana yang menghancurkan dirinya kenapa kita yang menjaga bumi, bisa dikatan lebih kuat takut dengan hal sebuah ini.
            Kulihat langi begitu tampak tidak mendukung, hari ini hari kelulusan diantar kami semua, kesan-kemari mencari kedua orang tuaku yang massih saj belum menampak kan hidungnya untuk mengambilkan secarik kertas yang bertuliskan LULUS/TIDAK LULUS, wah bosan menunggu sesuatu yang belum tentu jelas, percuma aku menunggu salah saatu dari mereka, pasti lihat kaca dirumah saja sudah beruntung walau bapakku tidak pernah menyapaku dengan suara sangarnya itu, nak lagi ngapain, jarangku dengar bahkan tidak pernah ia lakukan, wah ini hari yang menyebalkan buat diriku sendiri, aku coba menatap kearah pintu gerbang sekolahan tampaklah seorang ibu yang memegang tangananaknya, andi, ya itu andi, aku mencoba mendekat dengan secarik kertasnya itu, luluskah kau, lulus dong, kamu gimana...wah itu aku belum jelas keadaannya. Pasti lulus , nak aku ambilkan nilaimu ya, terima kasih bu, kalau tidak merepotkan. Lega hatiku, ku coba tunggu di samping pintu kelas, dan keluarlah ibu andi yang membawakan kertas untuk ku, perlahan seperti halnya membuka bom waktu tentang masa depanku, dooor... wah lulus ternyata.
            Percaya pada diri sendiri dengan apa yang kita punya, selama perjalananku untuk mencari sebuah jawaban dalam dunia fatamorgana ini. Tuan takur menekanku untuk melakukan apa yang kamu bisa setelah kelulusan yang aku peroleh sejak setahun yang lalu, dia menanyakan kepadaku dengan wajah yang begitu sangat mematikan.
           
            Salamku untuk semuanya, janganlah takut dengan apa saja yang menjadi penghalang didepan kita, yakinlah bahwa suatu hari esok aka nada hari yang lebih indah dari pada hari ini.

No comments:

Post a Comment