Matahari selalu terbit dari timur, akan tetapi
ratapan aku untuk masa depanku tidak seindah dan terang seperti halnya ketika
matahari menunjukkan fatamorgana pada pagi hari, duduk dan termenung ketika
surya sudah bosan melihat aku dengan wajah yang tampak begitu membosankan. Pada
hari minggu, aku hanya seperti biasa yang kerjaannya tidur, namaku tiok sebutan
dari tetangganya karena menganggap bahwa aku titisan ngorok, akupun tersipu marah.
Emangnya aku hanya dilahirkan untuk tidur saja Tidak tau kenapa, padahal aku
juga seorang pelajar karena aku masih duduk di kelas tiga SMA.
Aku
bangunkan diriku saat rebahan tubuhku bisa merasakan begitu nikmatnya ketika
punggungku tertekuk kebelakang, yang jadi anehnya mae juga memanggil demikian,
anehkan!. Tiok-tiok bangun dah hampir sore, eh matahari juga belum bosan
menampakkan ke bumi, mae bilang dah sore. Walupun celoteh-celoteh mae aku bisa
terima dengan senyumanku, yang bisa dikatakan manis, ehm. Tidak tau kenapa, aku
pun merasa bingung pada diriku sendiri, cinta, oya cinta, karena aku tidak
menduga karena aku bisa merasakan kasih sayang yang kedua.
Dulu
aku menaruhkan semua harapan kepadanya, aku mencintainya karena pertama ini
bisa merasakan yang sebenarnya sebuah kasih sayang. Tiap malam aku bisa ketemu
dengannya, rasa kangenku selalu hadir
ketika melihat senyumnya yang begitu manis dengan hiasan gigi gingsul dan body
yang semampai.
Tiok
sarapan, wah simakku memanggilku untuk lekas makan pagi, ini yang kutunggu
bangun tidur lalu makan tanpa melakukan pegangan kedalam kamar mandi dan
dilekatkan pada secuil odol untuk membuang bau mulut yang begitu sangat
mengganggu, akupun tak menghiraukan. Bumi ini bisa merasakan kebosanan apabila
sekelilingnya tidak bisa menjaga atau memperbaharui sesuatu yang sudah tidak layak.
Aku tidak tahu kenapa aku yang masih kecil ini harus menyediakan sebuah
pertanyaan dan yang lebih parahnya lagi akupun harus mencari jawaban itu
sendiri, apakah ini sebuah realita ketika kita masih ada dibumi tercinta ini.
Sok puitis karena gimana aku bisa cinta kepada bumi ini apabila untuk diriku
sendiri aja aku masih ada tanda tanya?.
Awan
tebal menggumpal tepat dikepalaku, namun tidak bisa mengurungkan niatku untuk
menemui pujaan hati dengan kelibahan giginya tersebut. Assalamualaikum, bulsett
tuan takur keluar dari belakang pintu rumahnya, keringat dingin langsung
keluar, sejenak kubayangkan aku bisa melihat seekor gajah yang berdiri tegak di
depan semut kecil hitam yang tidak mempunyai kekuatan sedikitpun, mengelus
pundak sambil menekankan kebawah hampir kaki kecil ini masuk ketanah sampai
mata kaki. lisa langsaung keluar dari rumah
memegang tanganku yang kecil dengan langkah yang kebirit. Wah akupun
mengikuti saja untuk bisa menghindari tuan takur dengan kumis tipis dengan
sorotan mata yang begitu mematikan, rasa takutku hampir mulai hilang ketika
menoleh kebelekang ternyata aku sudah jauhnya, namun aku terkejut melihat
gumpalan tangannya seakan tepat dimukaku, langsung ku ajak lisa untuk berjalan
lebih cepat.
Keheranan
dalam diriku belum bisa terungkap juga. Melihat surya tapi ia tidak mau melihat
tatapanku yang banyak menumbuhkan sebuah pertanyaan. lisa, panggilan dariku
untuk pujaan hatiku, gimana kita bisa pulang barusan aja aku melihat meteor
tepat dikepalaku yang begitu sangat mengancam. Rasa takut kini mulai hilang
ketika hujan datang menyertai langkahku menuju kandang macam, ketika macannya
sudah hampir satu bulan belum mendapatkan mangsa untuk melangsungkan hidupnya.
Berjalan satu persatu langkah menuju pintu kegelapan, entah kenapa jantungku
seakan merasa mau lepas didepan pintu lisa dan aku kaget ketika pundakku ada
yang memegang kedua kalinya, menoleh kebelakang bukanlah meteor yang aku lihat
lagi melainkan petir yang siap menyayat tubuhku hingga gosang dan
terbelah-belah.
Perjalanan
seorang anak muda mencari sebuah jati dirinya yang masih penuh dengan sebuah
jawaban dari sejuta pertanyaan, apa yang kamu bisa buat nantinya juga tidak
bisa memberikan sesuatu yang azumi inginkan,anak SMA saja sudah belagu dengan
istilah sebuah kasih sayang. Jangankan anda “Mes” yang meragukan dalam diriku
ini, aku juga banyak rasa ragu ini harus ku buang kemana saja, lirih dalam
hati”. Perjalanan kamu masih panjang, banyak duri di depan yang kau harus
lewati dengan kaki telanjang bahkan kamu juga harus berjalan didepan semua
orang tanpa busana dan rasa keberanian kamu itu yang harus di utamakan. Ia
seorang sarjana pendidikan yang sudah dua tahun ini menganggur sejak
kelulusannya dengan gelar S.Pd, berceramah kepadaku tentang sebuah arti
pendidikan, ia mengatakan bahwa suatu pendidikan itu sangat penting, kenapa
demikian, karena pendidikan itu adalah sebuah alat untuk merubah masa depan
yang lebih layak, banyak sekali ia membualkan tentang sebuah arti pendidikan,
waktu itu juga tidak ada rasa tertarik aku untuk melanjutkan ke perguruan
tinggi dengan sejuta alasan, kenapa kau masih saja menatap kedepan belum
berjalan kearah masa depan, kamu juga masih diselimuti pertanyaan, kapan aku
bisa kerja. Aku berfikir bahwa suatu pendidikan itu tidaklah terlalu penting,
coba kau lihat saja dirimu sendiri Mes, dia mendorongku kearah belakang,
menyolotku, tahu tidak kamu setelah aku mendapat gelar ini aku menyadari bahwa
suatu pendidikan itu tidak penting, seandainya aku tidak bersekeloh aku masih
menganggap bahwa pendidikan itu penting namun setelah aku lulus aki bisa
menyadari sebuah arti pendidikan. Ah, bingung aku bicara dengan kamu.
Biarkan
angin menari diatas kerendahan seseorang yang masih juga mencari suatu jawaban,
seperti biasanya aku yang masih duduk di kelas 3 SMA berangkat sesua dengan
kewajibanku, menuntun ilmu adalah tugasku, tidur adalah suatu kebiasaanku, hari
ini penentuan akhir perjuangan selama tiga tahun, UAN inilah hari yang
ditunggu-tunggu semua siswa, banyak yang menganggap hari ini merupakan hari
peperangan antara aku dan rumus-rumusmu dengan huruf yang tidak begitu
dimengerti, wah aku biasa-biasa saja, kenapa aku bisa bilang seperti itu karena
aku bisa lulus, belagu lho, kata andi teman sebangkuku.ya kita lihat saja
nanti.
lisa
selalu bilang aiz panggilan cintaku untuk diriku, kamu bisa menjadi orang yang
bermanfaat asalkan kamu mau belajar, bukan disekolah saja akan tetapi
lingkungan disekitarmu juga harus kamu pahami, disini kau dilahirkan, disini
kau berkarya dan juga jangan salah disini pula kau dikebumikan, haa, dengan
menarik pipinya yang begitu mengemaskan,ih,,,ih,,,,. Aku merasakan bahwa UAN
yang aku hadapi bukanlah sebuah peperangan dimana sang prajuritnya harus bisa
membela tanah airnya bahkan melindungi dirinya sendiri agar bisa bertahan
melainkan sebuah les privat yang jarang aku mengikutinya, gayamu sok pinter
banget , kami saja yang mendapat predikat siswa yang paling pandai juga
merasakan berdebar, rasa takut selalu menyelimutiku. Bumi saja tidak takut dengan
adanya sebuah bencana yang menghancurkan dirinya kenapa kita yang menjaga bumi,
bisa dikatan lebih kuat takut dengan hal sebuah ini.
Kulihat
langi begitu tampak tidak mendukung, hari ini hari kelulusan diantar kami
semua, kesan-kemari mencari kedua orang tuaku yang massih saj belum menampak
kan hidungnya untuk mengambilkan secarik kertas yang bertuliskan LULUS/TIDAK
LULUS, wah bosan menunggu sesuatu yang belum tentu jelas, percuma aku menunggu
salah saatu dari mereka, pasti lihat kaca dirumah saja sudah beruntung walau
bapakku tidak pernah menyapaku dengan suara sangarnya itu, nak lagi ngapain,
jarangku dengar bahkan tidak pernah ia lakukan, wah ini hari yang menyebalkan
buat diriku sendiri, aku coba menatap kearah pintu gerbang sekolahan tampaklah
seorang ibu yang memegang tangananaknya, andi, ya itu andi, aku mencoba
mendekat dengan secarik kertasnya itu, luluskah kau, lulus dong, kamu
gimana...wah itu aku belum jelas keadaannya. Pasti lulus , nak aku ambilkan
nilaimu ya, terima kasih bu, kalau tidak merepotkan. Lega hatiku, ku coba
tunggu di samping pintu kelas, dan keluarlah ibu andi yang membawakan kertas
untuk ku, perlahan seperti halnya membuka bom waktu tentang masa depanku,
dooor... wah lulus ternyata.
Percaya
pada diri sendiri dengan apa yang kita punya, selama perjalananku untuk mencari
sebuah jawaban dalam dunia fatamorgana ini. Tuan takur menekanku untuk
melakukan apa yang kamu bisa setelah kelulusan yang aku peroleh sejak setahun
yang lalu, dia menanyakan kepadaku dengan wajah yang begitu sangat mematikan.
No comments:
Post a Comment